Setiap orang pasti pernah merasakan sedih, senang, marah, kecewa, bahagia, dan suka cita diwaktu yang bergantian. Saat ini menangis, beberapa saat nanti sudah tertarwa dan tersenyum bahagia atas sesuatu misalnya. Ya, memang wajar ketika kita merasakan emosi dan mengekspresikannya, dengan syarat ekspresi itu tidak berlebihan.
Mungkin sebagian dari kita ada juga yang pernah meluapkan emosinya dan berakhir dengan penyesalan yang amat dalam. Atau mungkin sangat bahagia dan tertarwa terbahak-bahak diacara formal yang membuat diri terlihat memalukan. Tak apa dear, that's okay I do the same but please do that properly.
Apakah kamu pernah memikirkan bagaimana Tuhan menciptakan perasaan itu?
Apakah tujuan Tuhan memberikan perasaan itu?
Aku pernah bertaya-tanya mengapa ini, mengapa itu tapi jawabannya sama, hanya Tuhan yang tahu.
Pasti proses pendewasaan kita saat ini juga telah melalui perjalanan yang penuh drama dan suka cita. Mengapa demikian?
Saat kita anak-anak mungkin hanya perasaan suka cita, tak ada masalah dan selalu ingin mencari tahu banyak hal.
Saat kita beranjak remaja, mulai banyak emosi yang mengisi perasaan kita. Bisa jadi tugas sekolah yang melelahkan, teman main yang menyebalkan dan perasaan iri kepada anak tetangga sebelah.
Memasuki masa peralihan remaja menuju dewasa mungkin adalah masa dimana semua seperti bersatu tanpa ada sekat. Rasanya seluruh masalah ada dipundak dan ancaman terbentang didepan mata. Ah astaga, masa ini membuatku merasa ingin marah dan berteriak "Mengapa semua ini harus terjadi padaku?".
Padahal jika dipikirkan lagi, semua orang yang sedang difase ini juga merasakan hal yang sama.
Pernah terbersit dalam hati, 'Katanya orang bijak itu ga boleh emosi dan marah'apa iya?
Tapi marah kan wajar, naluriah sifat manusia. Kecewa akan sesuatu yang berakhir marah pada diri sendiri karena gagal melakukan hal itu. Jika kita ingin marah, ekspresikan saja. Marah bukan masalah kok, asal tahu situasi dan kondisi saat kita ingin meluapkannya.
Bagaimana sih sebaiknya kita mengekspresikan marah dan emosi yang sedang kita rasakan?
Menurut artikel ayng ditulis di pijarpsikologi.org, sebelum kita marah, ada baiknya kita menyadari bagaimana diri kita mengenali dan mengatasinya seperti cara berikut :
1. Mendeteksi Marah
Amati dan identifikasi apa yang tubuh kita rasakan dalam kondisi marah, misalnya jantung berdetak lebih cepat, susah bernapas, kaku disebagian anggota tubuh dan ciri lainnya. Ciri-ciri ini bisa menjadi tanda jika kita sedang emosi tinggi atau marah dan kita bisa lebih cepat mengambil jeda untuk mengatasinya ketika kita kembali marah dikemudian hari.
2. Pahami Sesuatu yang Membuat Kita Marah
Coba amati apa saja hal-hal yang mudah membuat kita marah. Misalnya teman datang terlambat saat janji temu, barang yang dibeli online tidak sesuai ekspektasi, pekerjaan kantor yang harus dibawa pulang dan lainnya. Dengan begitu, setidaknya kita bisa menghindari hal-hal yang dapat membuat kita marah, ataupun mengontrol tingkat kemarahan kita agar dapat dikendalikan.
3. Ubah Kemarahan Menjadi Sesuatu yang Menyenangkan
Jika kita sudah menyadari bahwa kita sedang marah, kita bisa mengekpresikannya dengan berbagai kegiatan atau pelampiasan hingga emosi kita kembali stabil. Kenali dahulu, seperti apa marah dan kebiasaan kita saat marah sebelumnya. Setelah itu kita bisa mencoba hal lain yang lebih positif untuk mengendalikannya. Misalnya ketika kita marah, kita bisa mengambil jeda untuk merasakan hembusan napas sembari menghirup aromaterapi kesukaan. Untuk yang suka menulis, mungkin bisa berpuisi dengan syair menyentuh hatiyang bisa mengekspresikan kemarahan, atau menatap gambar-gambar indah yang menyejukkan mata. Jika kita dalah tipe yang aktif dan suka berpetualang, kita bisa menghubungi teman kita dan mengajaknya untuk melakukan camping sederhana.
Marah tidak selalu menyeramkan.
Marah tak perlu menjadi jahat.
Marah bukan berarti kita kalah.
Marah bisa menyenangkan jika kita bisa mengendalikannya.
Yuk kenali marahmu. Ingat, marah bukanlah masalah.
Karena marah adalah salah satu nikmat Tuhan karna kita masih diberi perasaan.
Tulisan ini sengaja dibuat dalam rangka mengendalikan marah yang aku rasakan diawal pagi hari dan membuatku merasa sedih. We'll okay soon.
Rumah Tongkonan khas Tana Toraja |
Salah satu cara mengatasi marah dengan mengamati foto yang dikirim oleh rekan kerjaku Anggun Shandana yang sedang mudik natal 2020. Foto ini didapat pada 8 Januari 2021 di daerah Makale. Thank you
Comments
Post a Comment