Rasanya asing ketika mendengar pertanyaan, apa yang akan kamu lakukan setelah ini di masa depan?
Mungkin untuk sebagian orang, adalah hal mudah untuk menjawabnya. Namun tidak untukku.
Terlahir sebagai seorang Sissy, membuatku terbiasa menjalani hari tanpa arahan yang pasti. Tak ada yang menuntutku, tak ada pula yang memaksaku melakukan ini dan itu. Untuk sebagian orang, mungkin mereka akan sennag menjadi diriku. Tapi belum tentu begitu.
Kalau dilihat secara umum, cukup menyenangkan dan mengasyikkan menjadi seorang Sissy Nagita, anak bungsu dari 3 bersaudara dengan dua kakak yang telah bekerja dan menikah. Namun di sinilah sudut pandang itu terlihat berbeda. Lahir dari seorang ibu yang membolehkan apa saja yang diinginkan anaknya, ternyata membuatku salah langkah karena ternyata aku tak benar-benar melakukan apa yang aku sukai. Aku menyukai A, berpindah ke B, lalu beralih ke C. Semuanya bisa dan boleh. Hal itu membuatku sedikit bingung dengan diriku sendiri ketika ditanya bakat dan minatku sendiri. Karena mungkin tidak ada hal yang benar-benar aku sukai dan aku tekuni. Sesederhana itu, aku hampir tak mengenali diriku sendiri.
Menyadari itu, aku mulai mencari dan terus mencari tentang apa yang benar-benar aku sukai. Dari mulai olahraga, sains, bisnis, sosial dan kewirausahaan. Ah ternyata tak semudah yang ku bayangkan. Sepertiya mengenal diri sendiri jauh lebih sulit dibandingkan mengenal dan memahami orang lain. Aku mencoba berbagai hal baru setiap waktu. Hingga aku sadari ternyata bukan begitu caranya. Bukan mencoba, seharusnya aku menekuninya dahulu. Mengetahui sisi baik dan buruknya, mengetahui celah bagaimana bisa menyelami lebih lama dan lebih dalam.
Saat aku sekolah dulu, aku tidak aktif mengikuti organisasi ataupun komunitas. Keseharianku dipenuhi dengan drama serupa FTV yang sering ku tonton. Perjuanganku mulai terasa saat memasuki SMA, kelas 11 lebih tepatnya. Memilih sekolah yang berlokasi cukup jauh dari rumah membuatku harus terbiasa menempuh perjalanan kurang lebih 12 km menuju sekolah. SMA terbilang cukup bagus, mereka menyebutnya sekolah model. Gaya hidup di sekolah membuatku seolah berada di dunia maya karena benar-benar tak sesuai denan kebiasaanku. Teman-temanku bisa dibilang berasal dari keluarga menengah dan menengah ke atas. Hedonisme sudah menjadi kebiasaan diantara teman-temanku.
Sejak sekolah memang aku terbiasa berjualan dan mencari keuntungan. Aku muali mengingatnya dikelas 11. Berawal dari salah seorang teman yang meminta dicarikan barang dengan harga murah dan kualitas yang bagus. Dengan senang hati aku mecarikan barang itu untuknya. Singkat cerita, ia senang dengan barang tersebut dan kembali memintaku mencarikan barang lain untuknya. Beberapa waktu berlalu, kebetulan memang teman-teman mengenalku sebagai gadis tangguh dan aktif sana-sini, mudah belajar dan megerjakan suatu hal yang baru (re: aktif sosial media dan online shopping).
Setelah kedua kalinya mencarikan barang, aku mulai berpikir bagaimana agar bisa mendapatkan keuntungan sekaligus membantu.
Dan dari sinilah aku memulainya....
All stars from idea. |
Comments
Post a Comment