Senja menembus batas Swarnadwipa |
Tahun ini mungkin merupakan tahun terberat untuk saya. Dihadapkan dengan situasi sulit dimana harapan dan kenyataan terasa semakin jauh, dan fakta yang banyak membantu. Masalah terasa tak pernah usai ku alami. Namun, dengan perasaan gundah dan tak mengenakkan hati tetap ku jalani. Hari ini mungkin aku sudah merasa sedikit lebih baik, dengan banyak masukan sana-sini dan aktivitas yang setiap hari ku lalui.
Sejujurnya bukan hari ini saja, namun sudah banyak hari yang ku lalui dengan perasaan asing dengan diriku sendiri. Rasanya seperti hidup menjadi orang lain, di raga yang pernah ku inginkan sebelumnya. Banyak hari terasa sangat menyiksa, ditambah menjalani aktivitas yang itu-itu saja membuat rasa bosan kian mendominasi dalam diri. Oh, sepertinya ku mulai merasa ada yang tak beres dengan diriku. Seperti ada sakit yang tak mampu diidentifikasi oleh orang lain, sakit yang tak mampu aku jelaskan mengapa bisa sakit dan semenyiksa ini.
Hampir setiap hari, ku terbangun dengan hati gelisah. Perasaan bosan itu selalu membersamaiku. Sebelas semester sudah ku menjalaninya. Bukan tak bersyukur, bukan pula tak menikmati masa-masa kuliah. Tapi jika boleh jujur, rasanya terasa semakin sulit untuk dilalui. Aku tak membual, tak juga melebihkan. Namun inilah yang saat kurasakan. Mengerjakan sesuatu yang tak ku sukai, dan mungkin ku benci membuatku menyiksa diriku sendiri.
Terasa sakit, jiwaku sakit. Dokter jiwa pun telah memberikan upaya yang ia bisa. Namun lagi-lagi, tak ada yanag mampu mengobatinya selain diriku sendiri. Tak banyak memnag yang orang lain dapat lakukan untuk membuatku merasa lebih baik. Tapi aku bersyukur mereka masih mau membersamaiku dengan sabar dan sayang. Aku berterima kasih. Tapi maaf, sakit ini belum juga dapat ku atasi hingga saat ini.
Mereka bilang, ini ujian Tuhan. Mereka bilang ini adalah satu dari sekian perjuangan yang setiap orang harus melaluinya. Ya, setiap orang. Hanya saja bentuk ujiannya berbeda-beda. Mungkin mereka menganggapku lemah. Lemah hanya karena satu masalah. Biarlah mereka beranggapan demikian, takmada yang salah. Memang seperti inilah diriku, yang mungkin tak pernah merasakan sakit sebelumnya dan aat ini sedang merasakannya. Biarlah aku menjalaninya dengan langkah perlahan menuju penyelesaian.
Doakan aku, teman.
Aku akan berjalan membersamaimu lagi..
Dimasa saat kita sudah seirama.
Comments
Post a Comment