Apakah kamu tau seperti apa ia?
Apakah sebelumnya kamu pernah mengenalnya?
Tanya-tanya yang sering berdengar saat kami menemui sosok baru ataupun sosok yang belum biasa kami lihat rupanya.
Disisi lain, seorang introvert sedang berusaha menenggelamkan dirinya diantara kesibuman yang akan membuatnya lupa dengan kesendiriannya.
Ada pula yang sengaja menarik diri dan merasa hidup seakan tak berarti.
Sahutan-sahutan itu semakin sering terdengar manakala diri sering menemuinya, untuk sekedar bertanya bagaimana kondisinya saat ini.
Satu waktu, kudengar sahutan lembut yang lebig mirip seperti bisikan, "aku kadang iri lihat kamu punya banyak teman, setiap kita jalan pasti ada yang nyapa kamu, atau minimal orang yang kamu kenal." Sejenak kalimat ini membuatku sesak. Tak ku sangka diri ini mampu membuat orang lain iri, apakah ini salah diri?
Kulihat dia merenung dipojokan gedung, kepalanya merunduk dengan wajah tertekuk.
"Hei apakah kamu menunggu seseorang? Ku perhatikan kau seakan gelisah menunggu sesuatu."
"Tidak, aku hanya sedang berekspresi dengan diriku sendiri, aku ingin menikmati waktu hanya berdua saja dengan diri ini, aku ingin bertanya sesungguhnya apa tujuan aku hidup hingga saat ini."
Kulihat tulang jarinya memerah, seperti luka yang sengaja dibuat untuk mengalihkan emosi. Matanya tak menangis, namun aku bisa melihat sayup permohonan di matanya.
Dia bilang, aku menyesal dengan keputusan yang sudah kuambil. Semua keputusan yang sudah kuambil, tegasnya.
Dengan perasaan sedikit khawatir diri ini memberanikan diri bertanya mengaoa, namjn tak ada tanggapan yang kudapatkan. Kepalanya semakin tertunduk seakan ingin berpeluman dengan ubin yang terasa amat nyaman untuk berbaring.
Lagi-lagi kutemui ia sedang tertunduk lesu dibarisan depan shaf sholat dengan mata sayunya. Tak tahan aku melihat bagaimanna ia mencoba berbicara melalui matanya. Ia seakan mengisyaratkan bahwa ia tidak baik-baik saja. Namun apalah daya diri tak mampu untuk memaksa agar ia berhenti untuk meratapi dan cobalah untuk menghadapi.
Akupun pernah merasakan diri seakan tak berarti, tak mampu berdikari dan terlalu menyendiri. Aku tahu benar rasa kesepian yang melanda saat tak ada orang yang benar-benar dapat diandalkan, rasanya benar-benar kosong.
Saat itu yang kutemui hanyalah kalimat-kalimat positif san orang-orang yabg berbaik hati. Aku hanya menemui mereka yang baik hati dan mengiyakan mereka yang menyenangkan hati
Sampai akhirnya aku tahu bahwa Tuhan punya kejutan besar yang tak pernah ku sangka sebelumnya.....aku diberi hadiahđź’™
Apakah sebelumnya kamu pernah mengenalnya?
Tanya-tanya yang sering berdengar saat kami menemui sosok baru ataupun sosok yang belum biasa kami lihat rupanya.
Disisi lain, seorang introvert sedang berusaha menenggelamkan dirinya diantara kesibuman yang akan membuatnya lupa dengan kesendiriannya.
Ada pula yang sengaja menarik diri dan merasa hidup seakan tak berarti.
Sahutan-sahutan itu semakin sering terdengar manakala diri sering menemuinya, untuk sekedar bertanya bagaimana kondisinya saat ini.
Satu waktu, kudengar sahutan lembut yang lebig mirip seperti bisikan, "aku kadang iri lihat kamu punya banyak teman, setiap kita jalan pasti ada yang nyapa kamu, atau minimal orang yang kamu kenal." Sejenak kalimat ini membuatku sesak. Tak ku sangka diri ini mampu membuat orang lain iri, apakah ini salah diri?
Kulihat dia merenung dipojokan gedung, kepalanya merunduk dengan wajah tertekuk.
"Hei apakah kamu menunggu seseorang? Ku perhatikan kau seakan gelisah menunggu sesuatu."
"Tidak, aku hanya sedang berekspresi dengan diriku sendiri, aku ingin menikmati waktu hanya berdua saja dengan diri ini, aku ingin bertanya sesungguhnya apa tujuan aku hidup hingga saat ini."
Kulihat tulang jarinya memerah, seperti luka yang sengaja dibuat untuk mengalihkan emosi. Matanya tak menangis, namun aku bisa melihat sayup permohonan di matanya.
Dia bilang, aku menyesal dengan keputusan yang sudah kuambil. Semua keputusan yang sudah kuambil, tegasnya.
Dengan perasaan sedikit khawatir diri ini memberanikan diri bertanya mengaoa, namjn tak ada tanggapan yang kudapatkan. Kepalanya semakin tertunduk seakan ingin berpeluman dengan ubin yang terasa amat nyaman untuk berbaring.
Lagi-lagi kutemui ia sedang tertunduk lesu dibarisan depan shaf sholat dengan mata sayunya. Tak tahan aku melihat bagaimanna ia mencoba berbicara melalui matanya. Ia seakan mengisyaratkan bahwa ia tidak baik-baik saja. Namun apalah daya diri tak mampu untuk memaksa agar ia berhenti untuk meratapi dan cobalah untuk menghadapi.
Akupun pernah merasakan diri seakan tak berarti, tak mampu berdikari dan terlalu menyendiri. Aku tahu benar rasa kesepian yang melanda saat tak ada orang yang benar-benar dapat diandalkan, rasanya benar-benar kosong.
Saat itu yang kutemui hanyalah kalimat-kalimat positif san orang-orang yabg berbaik hati. Aku hanya menemui mereka yang baik hati dan mengiyakan mereka yang menyenangkan hati
Sampai akhirnya aku tahu bahwa Tuhan punya kejutan besar yang tak pernah ku sangka sebelumnya.....aku diberi hadiahđź’™
Comments
Post a Comment