Dulu...temanku pernah bercerita, dia bilang bahwa semua keinginannya selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Kamipun sebagai temannya mengucapkan selamat atas apa yang telah ia dapatkan.
Suatu hari, ia merasakan hatinya telah dipenuhi oleh rasa iri terhaap temannya yang dianggap lebih beruntung karena mamiliki IQ yang lebih tinggi dibandingkan dirinya.
Dalam pandanganku, temanku ini adalah pribadi yang sangat manis dan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mengandalkan apa yang ia punya.
Saat itulah aku mulai memahami bahwa tak ada hal yang tak mungkin didapatkan manusia dan pasti ada hal yang tak mungkin didapatkan oleh manusia. Saat aku SMA dulu, aku memiliki teman yang sangat nyaman kehidupannya. Ia cantik dan terlahir dari keluarga yang terpandang. Aku bangga menjadi temannya. Aku ingat dulu, ia selalu dipakaikan sepatu oleh asisten rumah tangganya sebelum pergi sekolah. Satu hal yang membuatku kaget saat pertama kali melihatnya. Temanku tumbuh menjadi gadis dewasa yang manis dan baik hati. Dia adalah teman baikku yang rajin mengajakku bercerita bila aku pulang ke rumah.
Saat SMA dulu, tidak banyak hal yang kami dapatkan. Tidak ada prestasi ataupun motivasi yang kami tuliskan dibuku catatan sekolah. Hanya kenangan dan memori dibenak ibu bapak guru danteman-teman satu sekolah yang mungkin masih mengingat kami saat itu. Aku ingat, dulu kewajiban kami sebagai siswa adalah belajar, tapi kami tidak diberikan hukuman bila tidak mengerjakan kewajiban itu. Jadilah kami sebagai siswa yang sering meninggalkan pelajaran.
Aku ingat dulu, kami sering bermain dirumah teman-teman kami secara bergantian. Kami menghabiskan waktu untuk bercerita dan berkhayal bagaimana kami akan menatap masa depan.
Saat ini, setelah 4 tahun kami tumbuh dan berkembang, mulai banyak perusabahan yang terjadi. Sudah mulai ada prestasi yang kami dapatkan, sudah mulai ada pergerakkan dari kehidupan kami.
Menyaksikan orang-orang kesayanganmu tumbuh lebih baik akan menjadi hal yang sangat membahagiakan. Melihatnya sudah tergerak untuk melaksanakan sholat dan mulai tertarik untuk mengenakan jilbab. Aku tahu temanku bukanlah ahli agama ataupun semacamnya, begiutpun aku. Mungkin kami pernah meninggalkan sholat dnegan sengaja, kami pun pernah melupakan ibadah kepada Sang Pencipta. Namun satu hal yang aku banggakan dari temanku ini adalah, mereka tak pernah melarang dan menghalangiku atau teman-temanku yang lain untuk beribadah.
Saat ini kami sudah mulai menjalin interaksi dengan mendahulukan ibadah saat kami bertemu. Mengingatkan sholat dan menanyakan kabar tentang ibadah lainnya.
Membahagiakan bukan?
Dulu aku mengganggap tak ada gunanya aku bermain bersama mereka karena mereka akan melalaikanku untuk beribadah. Tapi ternyata Tuhan Maha Pemilik Hati, ia telah membolak balikkan hati Hamba-Nya dengan sangat cepat tanpa ada yang mengetahuinya.
Temanku pernah bercerita bahwa ia lebih memilih menjadi seseorang yang netral, bukan ahli agama atau ahli maksiat. ia hanya ingin menjadi orang biasa, yang menjadi pengingat untuk teman-temannya. Aku memperhatikan apa yang ia kerakan dan aku memahami apa yang ia maksudkan.
Bahwa meninggalkan teman yang bermaksiat saat ia belum mengetahui bukanlah hal yang tepat. JIka kita ingin menjadi teman yang baik, jadilah teman yang setia, sabar mengingatkan dan senantiasa menjadi teman kita agar bisa menjadi orang yang lebih baik.
Jika menarik diri dari kehidupan pribadi adalah salatu-satunya cara agar kamu dapat diterima, makanya berusahalah melakukannya. Jadilah ornag yang menyenangkan dan disenangi orang. Jangan lagi mengurusi kehidupan pribadi hanya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Karena saat ini, sudah wkatunya untuk kita menarik diri dan muncul sebagai seseorang yang telah selesai dengan urusan pribadinya agar dapat membantu meringankan pekerjaan orang lain.
Jangan menilai ornag lain, hanya dari perkataan orang lain. Karena sejatinya, kamupun tidak ingin dinilai demikian.
Comments
Post a Comment