Skip to main content

Tak Selamanya Desa itu Indah


Aku adalah anak desa yang berasal dari suatu kampung bernama Beringin. Ya, itulah kampung halamanku. Satu desa yang memiliki banyak cerita indah, memoriable dan selalu dirindukan. Desa asalku merupakan daerah perbatadan antara kota dan Kabupaten. Bisa dibilang, aku adalah anak pinggiran, tepatnya di Bandar Lampung ujung.

Mereka bilang, rumah tinggalku adalah tempat jin buang anak (tempat yang sangat jauh). Tema -temanku hanya beberapa saja yang pernah singgah ke rumahku. Kondisi demikian membuatku maklum karena lokasi rumahku yang jauh dari pusat kota dan hingar bingar musik populer.

Desa ini memiliki banyak cerita indah untuk kami para masyarakat asli di sini. Desa yang tak begiti luas ini dulunya memiliki banyak lahan kosong dan lapangan yang bisa kami jadikan sebagai tempat bermain. Setiap hari sepulang sekolah, anak-anak tak pernah absen bermain di halaman Ketua RT dan lapangan sekitar desa.

Mainan favorit kami ialah engklek, kelereng, wayang, petak umpit dan main karet. Permainan tradisional ini kami mainkan bergantian tak kenal lelah. Aktivitas ini kami jadikan media olahraga dan sosialisasi bersama anak-anak desa. Jika waktu sholat tiba, kami akan beristirahat di rumah salah satu teman dan makan bersama di rumah tersebut. Hampir setiap orang tua menikmati masa-masa itu, ketika melihat anaknya tumbuh dan berkembang.

Namun kini kondisinya sangat berbeda dengan masa kanak-kanakku dulu. Desa yang kami cintai kini sudah tak seindah dulu lagi. Kurangnya edukasi dan pemahaman parenting yang baik, membuat peralihan masa kanak-kanak kami sangat jauh dari kata baik. Banyak anak-anak desa mulai sibuk dengan teman barunya di sekolah menengah. Tak ada lagi kami yang dulu senang bermain. Kini, kami sudah sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri.

Belakangan ini, aku melihat banyak hal yang mengejutkan. Pergaulan bebas, narkoba dan hamil di luar nikah kini merajalela dimana-mana. Kurangnya perhatian orang tua menjadi hal utama penyebab hal ini bisa terjadi. Banyak orang tua yang terlambat menyadari peralihan zaman saat mereka muda dulu dengan zaman milenial saat ini. Perbedaan yang sangat jauh inilah yang menciptakan kesenjangan antara orang tua dan anak-anaknya.

Desaku yang dulu sangat indah dan menyenangkan, kini hanya menjadi desa perbatasan saja. Desa yang mereka bilang menyenangkan itu, kini tak seperti dulu lagi. 

Namun aku selalu bersyukur dilahirkan sebagai anak desa. Desa membentuk pribadi lebih sederhana dan senang bertetangga.


Comments

Popular posts from this blog

Review Belanja Online, LAZADA Indonesia VS LAZADA Thailand

Assalamualaikum wrwb. Kalian suka belanja? Kalian suka cari promosi dan diskon? Atau kalian suka beli barang terus direturn dengan alasan berubah pikiran? Ya, Ketiganya diatas itu gue banget. Suka belanja, tapi males jalan ke mall, males milih lama buat keliling cari barang. Dan yang yang terpenting suka cari promosi dan harga murah dibandingin beli langsung. Itu adalah salah dua alasan kenaa sekarang semakin banyak online shopping dan makin banyak juga promosi yang diberikan. Pengelaman gue di Indonesia, gue pernah belanja di  blibli.com ,  tokopedia.com ,  lazada.co.id ,   zalora.co,id  dan beberapa website toko online. Hasilnya ga begitu buruk, gue cuma pernah sekali zonk pas belanja online di berr*benka.com. Gue bahas satu-satu kali ya. 1. blibli.com Kalo lo suka online bakalan sering banget lihat iklan blibi pas nonton youtube atau pesen tiket pesawat. As you know, blibli ini banyak kasih promosi juga lho. Mereka sering dijadiin sponsored diacar...

Tips Perjalanan Bandar Lampung ke Bogor ala mahasiswa

Saya Sissy Nagita, mahasiswi salah satu universitas di Bogor asal Lampung. Perjalanan ini merupakan sekian kalinya untuk saya, dan saya ingin membagikan tipsnya untuk teman-teman semua. Semoga bermanfaat. Rute perjalanan: 1. Travel Bandar Lampung-Bakauheni (Rp 40.000) waktu tempuh 2 jam. 2. Kapal penumpang Bakauheni-Merak (Rp 15.000) waktu tempuh 2-3 jam normal. 3. Bis arimbi/primajasa jurusan Merak-Bogor (Rp 40.000) waktu tempuh 4-5 jam. Alternatif bus Merak-Serang (Rp 8.000) waktu tempuh 30 menit, dilanjutkan bis Serang-Bogor/Serang-Bandung turun di Sukasari/ Baranangsiang (Rp 40.000) waktu tempuh 4 jam. Alternatif lainnya, kereta dari stasiun Merak menuju stasiun Rangkas Bitung (Rp 3000) waktu tempuh 2 jam), dilanjutkan dengan kereta listrik (KRL) dari Stasiun Rangkas Bitung menuju Stasiun Bogor (transit di Tanah Abang, pilih jalur kuning Rp 7000) waktu tempuh 3,5 jam) Total waktu tempuh 10-12 jam termasuk waktu tunggu menggunakan bus seharga 100ribuan dan 12-15 jam menggun...

Exchange ke Kasetsart University? Langsung Booking Krissana International Dormitory sekarang!

Gue pengen balik. Kemana? Indonesia, kayanya gue kangen nyokap, kangen rumah. Ga tau, ntah ini homesick atau bukan. Tapi rasanya kangen banget sama rumah. Fix, kayanya gue ga cocok tinggal diluar negeri kayanya. Padahal temen-temen gue malah betah banget karena lebih enak disini dengan fasilitas oke dan full wifi dibandingin dirumah. But, it's not me. Gue mikir, iya juga kenapa gue ga betah ya. Apa jangan-jangan ibu dirumah lagi kangen sama gue? Positive aja kali ya. Biasanya gue santai aja, biasanya juga ga pulang karena kelamaan jadi anak rantau. Temen gue aja bilang, ternyata lo cemen ya. Gue kira lo tahan banting, ternyata anak mama juga *dalem hati gue batin, gini2 gue mandiri kali, bukan anak manja. But, it's oke emang kalo udah bahas tentang ibu, gue emang melow dikit.  Sempet gue bilang gini, ntar lulus S1 gue ga mau kuliah keluar negeri ah. Mending yang deket aja biar bisa sama mama terus dirumah. Sebenernya bukan karena cemen atau ga mau keluar dari zona...