Sebagai seseorang yang sedikit perfectionis, saya memaksa diri melakukan sesuatu yang tak biasa dilakukan kebanyakan orang. Hal ini akhirnya mempengaruhi saya dalam pergaulan. Banyak orang yang tak ingin mendekat, apalagi merapat. Merema cenderung hanya melihat dari jauh dan memastikannya tidak mengganggu privasi mereka.
Mereka menganggap diri mereka lebih baik dari satu yang lain. Padahal, manusia terbaik adalah mereka yang selalu berfikir positif dalam kondisi apapun. Andai saja dunia bisa seramah robot mainan kecil saya dulu, pastilah dunia akan terasa lebih menenangkan.
Sebagai sosok introvert, saya termasuk golongan yang mudah bersosialisasi. Saya berani mengajak orang lain berkenalan dan menyapanya, bagaimana denganmu?
Dulu saya sering menilai rendah diri dengan orang lain.
Rasanya hampir tak pernah luput kekhawatiran saya yang berlebih ini menghantui saya setiap hari. Sifat ingin selalu dinilai baik dan menjadi percontohan dalam pergaulan memberikan motivasi diri untuk berkembang, hingga akhirnya saya tersadar dengan makna dunia.
Dunia yang sering dijadikan tempat bersenang-senang manusia.
Ah, akhirnya saya tahu mengapa orang-orang terdahulu terlihat berbeda dan nyaris menjadi orang lain. Mereka menjadikan dunia sebagai bagian utama hidupnya. Padahal, dunia ini hanyalah sebentar.
Setelah saya renungi apa yang telah saya lakukan dulu, perlahan saya mulai sadar bahwa dunia tak selalu harus bumi dan bulan. Dunia tak sekedar membahas aku dan kamu. Dunia memiliki banyak peristiwa unik. Di dunialah ttempat manusia menentukan amal-amalnya.
Dunia itu sangat singkat.
Lahir, bayi, balita, anak-anak, remaja, baligj, pradewasa, dewasa, kuliah, kerja, menikah, punya anak, menua dan masuk surga.
Sungguh singkat, bukan?
Saat ini, hal yang paling bisa dilakukan ialah percaya pada diri sendiri bahwa siri ini mampu mengandalkan setiap anggota tubuh pinjaman Al-Qur'an.
Dunia, jadilah saksi bahwa aku ignin saat pada Tuhanmu..
Comments
Post a Comment