Sulu, seseorang pernah mengirimi saya surat dan menjelaskan bahwa ia masih memiliki mimpi-mimpi besar yang harus ia kejar, begitupun saya.
Menjadi bagian dari #30DWC ini membuat saya berfikir bagaimana keseharian para penulis dalam menyelesaikan tulisan mereka, bagaimana mengelola waktu dan mengerjakan semua prioritas utama lebih dulu. Rasanya terselip sedikit kebanggaan untuk diri sendiri dalam menyelesaikan program ini, membuat saya lebih yakin bahwa setiap proses bergantung pada niatan awalnya. Ketika kita ingin menulis maka hasil akhirnya ialah tulisan, buah dari sinerginya panca indera dalam menyampaikan ide melalui rangkaian kata.
Rasanya saya ingin sekali menulis sebuah buku berjudul "1000 Wajah Sissy", saya ingin bercerita bagaimana setiap orang memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam hidup, memperjuangkan mimpi dan mendapatkan nilai positif dari lingkungannya. Lingkungan yang membantunya dalam mewujudkan mimpi untuk terus menebarkan energi positif.
Pernah rasanya saya mengalami keterpurukan akibat banyaknya tugas yang mebuat saya rasanya ingin berhenti dari semua rutinitas dan menyerah sebagai seseorang yang gagal. Namun, lagi-lagi hal itu terhenti setelah saya menyadari betapa dangkalnya saya saat itu. Menganggap diri tak pantas dan menilai rendah diri sendir, karena membandingkan diri dengan orang lain.
Akhir-akhir ini aku menyadari, bahwa setiap manusia memiliki keistimewaan dan ciri khasnya masing-masing sebagai bentuk apresiasi Tuhan terhadap hamba-Nya. Hal ini saya dapatkan setelah saya melihat kehidupan yang dijalani orang saudara saya. Ia hampir tak pernah menyesali hidupnya dengan kondisi saat ini yang menurut banyak orang masih belum ideal. Ia terus meyakini diri bahwa hidup seperti saat ini adalah pemberian terbaik dari Tuhan untuknya, agar ia lebih bersyukur.
Pilihannya untuk menikah muda diusia 23 tahun dengan pria yang sebaya teman kampusnya dulu, membuat saya sedikit meraba masa depan. Apakah saya akan menjalani hidup seperti saudara saya? Pikiran itu menghantui selama beberapa waktu dan membuat saya ingin sekali menuliskan buku berjudul "Jodoh yang Tertukar". Buku ini akan menceritakan bagaimana kegelisahan seorang pemuda usia kuliah dalam memilih pasangan dan bagaimana skenario Tuhan tak dapat kita perkirakan sebelumnya.
Mungkin dua ide ini dalah tanda terima kasih saya kepada seluruh tim dan partner #30DWC yang telah membantu dan bekerja sama menyelesaikan program ini. Saya berharap setiap fighter maupun mentor dapat terus berbagi agar kita mampu mewujudkan generasi Indonesia yang cinta baca tulis melalui rangkaian kata yang kita sampaikan dalam tulisan-tulisan kita.
Belajar menghargai yang sedikit dan mensyukuri yang banyak. Hargai sedikit tulisan dan syukuri banyaknya ide yang kita dapatkan.
Comments
Post a Comment