Pernahkah mengalami gundah
karena tak ada seseorang yang mengisi hati? Dulu mungkin aku pernah
megalaminya. Sejak SMA aku sudah tak memikirkan satu hal yang sering disebut
tentang pacaran. Aku lebih sibuk dengan berbisnis dan berjualan barang-barang
online. Selama 3 tahun kuliah, bisa dibilang aku tak memiliki seseorang yang
disebut pacar. Hanya ada beberapa orang lama yang masih terjalin hubungan baik
dari masa lalu. Aku tak pernah benar-benar melarang diriku untuk dekat dengan
orang lain saat itu.
Hanya saja, aku merasa memang belum begitu penting untuk memiliki hubungan khusus dengan orang lain. Seperti yang sudah ku bilang, aku yang dulu terlalu cuek dengan penampilan, seakan tak ada lain yang menilainya. Aku sangat merasa nyaman dengan status pelajar dengan label populer sekolah yang melekat denganku. Aku bisa memiliki banyak teman dan berbagi kasih sayang dengan mereka.
Hanya saja, aku merasa memang belum begitu penting untuk memiliki hubungan khusus dengan orang lain. Seperti yang sudah ku bilang, aku yang dulu terlalu cuek dengan penampilan, seakan tak ada lain yang menilainya. Aku sangat merasa nyaman dengan status pelajar dengan label populer sekolah yang melekat denganku. Aku bisa memiliki banyak teman dan berbagi kasih sayang dengan mereka.
Namun semua berubah, ketika kuliah.
Masa transisi antara sekolah dan kuliah benar-benar
menyadarkanku tentang luasnya hidup dan bagaimana seharusnya menjalani hidup.
Aku mulai mantap menggunakan hijabku tahun 2014 di semester awal masa kuliah,
dimulai dengan belajar dan menambah pengetahuan tentang agama yang masih
abu-abu. Sebagai mahasiswi tingkat satu IPB, aku dan teman-teman diwajibkan
untuk tinggal diasrama selama 1 tahun.
Kami menyebutnya TPB (Tingkat Persiapan Bersama) namun, kami sering menyebutnya tingkat paling bahagia, karena kami merasakan bagaimana bebasnya kehidupan mahasiswa baru. Aku disandingkan dengan Farikhatussholihah dan Jati Ningrum Metapara sebagai teman kamar di Asrama A2 Nomor 255. Salah satu hal terbaik yang kudapatkan dimasa awal kuliah semester 1. Kami memiliki latar belakang yang sangat berbeda, aku dengan gaya khas mandiri ala anak Sumatera, Farikha si cuek khas anak ibu kota dan Jati dengan logat ngapak khas Indramayu.
Kami menyebutnya TPB (Tingkat Persiapan Bersama) namun, kami sering menyebutnya tingkat paling bahagia, karena kami merasakan bagaimana bebasnya kehidupan mahasiswa baru. Aku disandingkan dengan Farikhatussholihah dan Jati Ningrum Metapara sebagai teman kamar di Asrama A2 Nomor 255. Salah satu hal terbaik yang kudapatkan dimasa awal kuliah semester 1. Kami memiliki latar belakang yang sangat berbeda, aku dengan gaya khas mandiri ala anak Sumatera, Farikha si cuek khas anak ibu kota dan Jati dengan logat ngapak khas Indramayu.
Kami belajar bersama dengan
beragam keunikan yang berbeda, belajar memahami dan bertoleransi terhadap
perbedaan yang ada didepan kami. Masa-masa asrama adalah masa yang paling
menyenangkan. Masa dimana kita bisa mendapatkan banyak teman dan menggali
potensi diri sedini mungkin di awal masuk kuliah. Biasanya, disetiap angkatan
akan diadakan Open House Asrama, sebuah acara yang berisi pengemalan asrama,
apa aja yang bisa didapatkan diasrama, fasilitas, birokrasi, termasuk info
penting lainnya.
Salah satu yang menarik ialah, stand mentoring. Dibawah atap putih yang terbuat dari plastik itu beberapa kakak senior berpakaian rapih dan meyapa kami dengan hangat. Kami melihat sekeliling dengan seksama, banyak makanan, poster dan kata-kata motivasi disana. Yuk, mentoring! Itulah kalimat singkat yang akrab ditelinga kami sampai saat ini.
Mentoring ialah kegiatan berkumpul, berdiskusi, dan belajar tentang agama Islam. Istilah ini dipopulerkan oleh aktivis-aktivis dakwah yang mencontoh Rasulullah SAW. Mentoring biasanya dilakukan sekali setiap pekannya dengan durasi 1-2 jam dengan kesepakatan dalam kelompok. Disetiap kelompok akan dibimbing oleh seorang kakak senior (Murabbi) yang dinilai lebih paham tentang materi yang akan disampaikan. Setiap kelompok terdiri dari 5-12 orang, dengan 1 PJ kelompok. Mentoring akan dimulai dengan pembukaan, tausiah, materi dan penutupan. Setiap pekan, para anggota bergantian untuk menjadi MC dan pemberi tausiah. Mentoring ini bisa dijadikan sebagai sarana diskusi, pemberian solusi serta edukasi tentang nilai-nilai islam.
Salah satu yang menarik ialah, stand mentoring. Dibawah atap putih yang terbuat dari plastik itu beberapa kakak senior berpakaian rapih dan meyapa kami dengan hangat. Kami melihat sekeliling dengan seksama, banyak makanan, poster dan kata-kata motivasi disana. Yuk, mentoring! Itulah kalimat singkat yang akrab ditelinga kami sampai saat ini.
Mentoring ialah kegiatan berkumpul, berdiskusi, dan belajar tentang agama Islam. Istilah ini dipopulerkan oleh aktivis-aktivis dakwah yang mencontoh Rasulullah SAW. Mentoring biasanya dilakukan sekali setiap pekannya dengan durasi 1-2 jam dengan kesepakatan dalam kelompok. Disetiap kelompok akan dibimbing oleh seorang kakak senior (Murabbi) yang dinilai lebih paham tentang materi yang akan disampaikan. Setiap kelompok terdiri dari 5-12 orang, dengan 1 PJ kelompok. Mentoring akan dimulai dengan pembukaan, tausiah, materi dan penutupan. Setiap pekan, para anggota bergantian untuk menjadi MC dan pemberi tausiah. Mentoring ini bisa dijadikan sebagai sarana diskusi, pemberian solusi serta edukasi tentang nilai-nilai islam.
Yuk, mentoring!#30DWCJILID12
#DAY4
Comments
Post a Comment